
Washington, Amerika Serikat – Operasi militer mematikan Amerika Serikat di Samudra Pasifik pada 21 Oktober 2025, yang menghancurkan dua kapal terduga penyelundup narkoba dan menewaskan lima orang. Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mengkonfirmasi serangan di Pasifik Timur ini sebagai bagian dari eskalasi ‘Perang Melawan Narkoba’ yang kontroversial, menyamakan penyelundup dengan teroris.
Artikel ini membahas detail kronologis dua serangan berturut-turut tersebut, menyoroti perluasan cakupan operasi militer AS melampaui Karibia. Temukan kontroversi besar seputar dasar hukum penggunaan kekuatan mematikan oleh militer terhadap kapal sipil di perairan internasional, serta kecaman keras dari negara-negara Amerika Selatan, termasuk Kolombia, yang menyebutnya “pembunuhan.” Kami juga mengupas peran intelijen (CIA) dan implikasi geopolitik dari strategi militer baru AS ini. Pahami mengapa operasi ini menandai babak baru yang tegang dan mematikan dalam upaya global memerangi perdagangan narkoba transnasional.
OPERASI GILA AS: 2 Kapal Narkoba DILEDAKAN, 5 Tewas!
Eskalasi Perang Melawan Narkoba AS
Serangan Mematikan di Pasifik Timur Pada hari Kamis, 23 Oktober 2025, Angkatan Bersenjata Amerika Serikat melancarkan dua serangan terpisah di Samudra Pasifik bagian timur terhadap kapal-kapal yang dituduh terlibat dalam penyelundupan narkoba.
Operasi yang oleh beberapa pihak dinilai sebagai eskalasi signifikan dalam kampanye kontra-narkotika AS di perairan internasional ini, mengakibatkan tewasnya lima orang terduga penyelundup narkoba dan hancurnya dua kapal. Peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan beberapa negara di Amerika Selatan terkait kebijakan penumpasan narkotika yang semakin agresif oleh AS.
Pemerintah AS berdalih bahwa kapal-kapal tersebut terafiliasi dengan ‘organisasi teroris’ dan membawa muatan narkotika dalam jumlah besar. Penggunaan kekuatan militer secara langsung ini menimbulkan kecaman keras, terutama dari Presiden Kolombia, yang menyebut tindakan AS sebagai pelanggaran hukum internasional. Operasi ini mengukuhkan pergeseran strategi AS dari penegakan hukum maritim menjadi aksi militer terbuka.
Konfirmasi dari Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mengkonfirmasi dan merinci serangan tersebut melalui pernyataan publik. Menurut Hegseth, operasi pertama dilancarkan pada Selasa malam (waktu setempat) dan menargetkan sebuah kapal yang teridentifikasi oleh intelijen AS membawa narkotika dalam jumlah besar dan berlayar di sepanjang rute penyelundupan narkoba yang sudah dikenal. Serangan ini menewaskan dua orang yang disebutnya sebagai “teroris narkoba” di atas kapal.
Beberapa jam kemudian, militer AS melancarkan serangan kedua, juga di Pasifik timur, menargetkan kapal lain yang juga diduga terkait dengan aktivitas penyelundupan narkoba. Serangan kedua ini menewaskan tiga orang terduga penyelundup. Hegseth secara terbuka menyamakan terduga penyelundup narkoba tersebut dengan kelompok teror yang melancarkan serangan 11 September, sebuah perbandingan yang menandakan sikap keras dan militeristik pemerintahan AS terhadap masalah penyelundupan narkoba transnasional.











