Perang Tetangga: Konflik Lahan Parkir Yai Mim-Sahara Kini Diseret ke Kasus Penyebaran Video Porno

MALANG – Perseteruan antara mantan dosen UIN Malang, Imam Muslimin atau dikenal sebagai Yai Mim, dengan tetangganya, Sahara, telah memasuki babak yang semakin serius. Konflik yang semula dipicu oleh masalah lahan parkir mobil rental kini telah merembet ke ranah hukum pidana dengan laporan dugaan penyebaran video pornografi.

Kuasa hukum Sahara melaporkan Yai Mim ke Polresta Malang Kota, menuduh Yai Mim tidak hanya melakukan pelecehan verbal tetapi juga menunjukkan dan diduga menyebarkan video asusila. “Kami telah menyerahkan bukti berupa rekaman video untuk memperkuat laporan dugaan pelecehan dan pornografi ini,” ujar kuasa hukum Sahara.

Di sisi lain, Yai Mim membantah tuduhan tersebut, mengklaim video pribadi tersebut tersebar setelah ponselnya yang rusak sempat diperbaiki oleh pihak Sahara. Kasus ini kini menjadi sorotan nasional, menunjukkan bagaimana perselisihan antar tetangga dapat berujung pada gugatan hukum yang melibatkan pelanggaran berat.

Lahan Parkir hingga Video Porno Drama Yai Mim

Perseteruan antara eks dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Imam Muslimin alias Yai Mim, dengan tetangganya Nurul Sahara, kini telah berkembang dari masalah sepele menjadi kasus yang memicu perhatian publik. Awalnya, konflik tersebut bermula dari sengketa penggunaan lahan parkir, namun belakangan menjadi lebih serius hingga masuk ranah hukum terkait dugaan pelecehan seksual dan tersebarnya video porno.

Awal Konflik: Sengketa Lahan Parkir

Perseteruan ini bermula dari masalah sederhana. Yai Mim dan Sahara, yang hidup sebagai tetangga, sempat berselisih terkait penggunaan lahan untuk parkir mobil. Perselisihan kecil ini menjadi awal dari ketegangan yang terus berkembang antara keduanya. Awalnya, hal ini dianggap sebagai konflik biasa yang sering terjadi antara tetangga, tetapi kemudian situasi memanas dan menimbulkan laporan resmi.

Menurut pengakuan Sahara, konflik mulai menjadi serius saat ia merasa mengalami pelecehan seksual, baik secara verbal maupun fisik, oleh Yai Mim. Laporan Sahara ke Polresta Malang Kota pada 8 Oktober 2025 menjadi titik awal kasus ini terbuka ke publik. Kuasa hukum Sahara, M. Zakki, mengungkapkan bahwa kliennya mengalami dugaan pelecehan beberapa kali.

“Ada empat kali kejadian. Ada pelecehan verbal, dan ada pula yang berbentuk semi tindakan,” jelas Zakki kepada wartawan saat itu. Ia menambahkan bahwa salah satu dugaan pelecehan terjadi di halaman rumah Sahara, di dekat lokasi garasi, yang memang berbatasan langsung dengan rumah Yai Mim.

Dugaan Pelecehan Verbal

Menurut laporan Sahara dan pendampingannya oleh LBH GP Ansor Kota Malang, dugaan pelecehan verbal termasuk komentar yang merendahkan dan tidak pantas terhadap Sahara. Salah satu contohnya adalah ketika Yai Mim diduga menyinggung aroma parfum yang dipakai Sahara.

Dalam beberapa kesempatan, Yai Mim dikabarkan melontarkan komentar yang tidak pantas terkait wangi Sahara, termasuk saat istrinya, Rosida Vignesbari, sedang menjalankan ibadah haji pada musim haji 2025. Diketahui bahwa Yai Mim beberapa kali mengunjungi gazebo di garasi Sahara dan melontarkan kalimat yang dianggap pelecehan seksual verbal.

LBH GP Ansor menjelaskan, salah satu contoh ucapan yang disampaikan Yai Mim adalah:

“Mba Sahara kok wangi terus, tolong belikan parfum untuk istri saya. Biar wanginya kayak mba Sahara.”

Tak hanya itu, Sahara juga menyebut bahwa Yai Mim pernah menyampaikan kata-kata yang lebih eksplisit, yang menyinggung ketertarikan seksual secara langsung:

“Harum banget lo mba Sahara, saya jadi… jadi kepengen ke….”

Dugaan Penyebaran Video Porno

Perseteruan ini semakin rumit saat muncul dugaan bahwa Yai Mim menunjukkan video porno dirinya bersama istrinya kepada Sahara. LBH GP Ansor menyatakan dalam keterangannya bahwa video tersebut ditampilkan oleh Yai Mim sambil menyampaikan kalimat yang menyinggung secara seksual:

“Mba Sahara, goyanganku enak kaya gini. Apa sampean gak pengen?”

Hal ini menimbulkan kontroversi besar karena dianggap bukan hanya pelecehan verbal, tetapi juga menyangkut dugaan penyebaran materi pornografi yang melibatkan orang lain. Dugaan ini membuat kasus antara Yai Mim dan Sahara tidak lagi hanya soal tetangga bertengkar, melainkan sudah masuk ranah hukum pidana.

Sponsored

Butuh Ide Mengatur Keuangan?

Pelajari cara cerdas mengelola pengeluaran dan menambah pemasukan dengan strategi sederhana.

Mulai Sekarang

Sponsored

Ingin Traveling Tanpa Pusing Biaya?

Temukan tips hemat perjalanan dan program reward yang bikin liburan makin mudah. yuk Kepoin Lotto21 Group

Mulai Sekarang

Sponsored

Bagaimana Cara Jadi Lebih Produktif?

Pelajari kebiasaan sederhana yang membantu kamu mencapai kesuksesan lebih cepat.

Mulai Sekarang

Bantahan Yai Mim

Di sisi lain, Yai Mim membantah semua tuduhan soal penyebaran video pornografi. Ia mengaku sebagai korban penyebaran video pribadi yang melibatkan dirinya dan istrinya. Yai Mim menjelaskan bahwa video tersebut bukanlah hasil penyebaran dirinya, melainkan telah diakses oleh pihak lain tanpa sepengetahuannya.

“Kalaupun ada gambar yang tersebar, itu bukan saya. Ada orang yang sengaja membuka HP saya.” kata Yai Mim usai mendampingi pemeriksaan istrinya di Polresta Malang Kota pada 14 Oktober 2025.

Ia menambahkan, dirinya mengetahui video tersebut pertama kali saat diperiksa oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Agama terkait kasus Sahara. Saat diperlihatkan video pribadinya, Yai Mim mengaku sangat terpukul dan bahkan menangis karena video tersebut bersifat sangat pribadi.

Selain itu, Yai Mim menyebut bahwa ponselnya kerap dibawa dan diperbaiki oleh Sahara. Ia menduga video itu bocor ketika ponselnya berada di tangan Sahara atau orang dekat Sahara. “Satu HP pernah dibawa sampai lebih dari satu hari, bahkan 10 hingga 20 hari lebih. Dibawa ke Madura oleh anak Mbak Sahara.” ungkap Yai Mim.

Namun, pihak Sahara membantah tudingan ini, menyebutkan bahwa pernyataan tersebut merupakan alibi yang dibuat Yai Mim untuk menghindari tanggung jawab hukum.

Dampak Sosial dan Publik

Kasus ini telah menjadi perhatian publik karena menyangkut isu pelecehan seksual, privasi, dan penyebaran konten pornografi yang melibatkan orang dewasa. Masyarakat banyak menyoroti bagaimana konflik pribadi dapat berkembang menjadi kasus hukum dengan bukti-bukti digital yang rawan tersebar.

Selain itu, peristiwa ini juga menjadi sorotan terkait perilaku sosial pejabat atau tokoh masyarakat, karena Yai Mim adalah eks dosen dan pegawai negeri yang memiliki tanggung jawab moral terhadap lingkungan sosialnya. Banyak pihak menekankan pentingnya perlindungan korban dan pencegahan penyebaran konten seksual yang merugikan pihak lain.

Langkah Hukum

Sahara telah melaporkan dugaan pelecehan dan penyebaran video porno ke Polresta Malang Kota. Polisi saat ini tengah menindaklanjuti laporan tersebut dengan memanggil saksi, mengumpulkan bukti digital, dan melakukan verifikasi terhadap dugaan penyebaran video.

LBH GP Ansor Kota Malang memberikan pendampingan hukum untuk Sahara, memastikan hak-hak korban terlindungi selama proses hukum berlangsung. Pendampingan ini meliputi pendampingan saat pemeriksaan, penyiapan bukti, serta advokasi terhadap penyebaran konten yang merugikan.

Perspektif Etika dan Moral

Kasus ini juga menimbulkan perdebatan mengenai etika digital, privasi, dan moral di kalangan masyarakat. Dugaan penyebaran video porno, meski melibatkan pihak dewasa, tetap memicu diskusi mengenai batasan etika sosial dan perlindungan privasi, khususnya ketika pihak ketiga dapat mengakses data pribadi tanpa izin.

Selain itu, kasus ini menyoroti pentingnya hubungan antar-tetangga yang sehat dan profesional. Perselisihan sederhana seperti lahan parkir seharusnya tidak berkembang menjadi konflik serius dengan implikasi hukum dan sosial yang kompleks.

Kesimpulan Dari DiskusiBerita.com

Drama Yai Mim Vs Sahara bermula dari sengketa kecil antara tetangga, namun berkembang menjadi kasus serius yang menyangkut pelecehan seksual dan dugaan penyebaran video pornografi. Kedua pihak saling berseteru dan membawa kasus ini ke ranah hukum. Sementara Sahara menekankan haknya untuk mendapatkan perlindungan dan keadilan, Yai Mim membantah tuduhan tersebut dan mengklaim sebagai korban penyebaran video pribadi. Kasus ini menjadi perhatian publik karena menggabungkan isu hukum, moral, dan etika digital, serta menekankan perlunya perlindungan terhadap korban pelecehan seksual.

Kasus ini masih dalam proses hukum, dan masyarakat menunggu perkembangan lebih lanjut terkait penyelidikan polisi serta langkah hukum yang akan ditempuh oleh kedua pihak.