Ditemukan Setelah 48 Jam: Akhir Pilu Jesika Hilang, Ditemukan Tak Bernyawa

Jesika Hilang 2 Hari Ditemukan Tak Bernyawa

Di sebuah rumah sederhana di Desa Cadasmekar, Kecamatan Tegalwaru, suasana duka masih terasa pekat. Lilin-lilin kecil di ruang tamu belum padam sejak malam sebelumnya. Di dinding, foto seorang gadis berusia 15 tahun terpajang rapi, tersenyum dengan seragam sekolah. Ia adalah Jesika, siswi SMP Satu Atap Cadasmekar, yang semestinya bersiap merayakan ulang tahunnya bulan depan.

Namun, mimpi sederhana itu kandas. Dua hari setelah dinyatakan hilang, Jesika ditemukan tak bernyawa di aliran Sungai Plered, Purwakarta.

Mimpi Ulang Tahun yang Tak Pernah Terwujud

Menurut Riska (32), kakak sulung Jesika, adiknya dikenal sebagai sosok ceria namun pendiam. Beberapa hari sebelum kejadian, Jesika sempat berbincang dengan ibunya tentang keinginannya merayakan ulang tahun ke-16 di rumah baru mereka yang sedang direnovasi.

“Dia bilang pengin rayain ulang tahun di rumah, katanya mau hias ruang tamu, mau undang teman-temannya. Tapi ternyata… dia enggak sempat.” tutur Riska dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di rumah duka, Selasa (21/10/2025).

Bagi keluarga, permintaan sederhana itu kini menjadi luka mendalam. Mereka tak pernah menyangka harapan kecil itu menjadi kalimat terakhir Jesika tentang masa depannya.

Dua Hari Pencarian yang Menegangkan

Jesika terakhir terlihat pada Jumat malam, 18 Oktober 2025. Saat itu, ia berpamitan kepada ibunya untuk membeli jajanan di warung dekat rumah. Namun hingga larut malam, ia tak kunjung kembali.

Keluarga sempat mencoba menghubunginya lewat ponsel, tapi nomor Jesika tak aktif. Pencarian dilakukan sejak dini hari hingga Sabtu pagi, melibatkan tetangga dan perangkat desa.

“Waktu enggak pulang, saya langsung lapor ke RT, terus bareng-bareng nyari ke sekitar kampung. Tapi enggak ketemu.” ujar Otim (42), ayah Jesika.

Dua hari kemudian, Minggu siang (20/10), kabar duka datang. Warga menemukan jasad gadis muda di tepi Sungai Plered, sekitar dua kilometer dari rumahnya. Pakaian yang dikenakan korban cocok dengan yang disebutkan keluarga. Polisi segera mengevakuasi jenazah ke RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung untuk autopsi.

Ayah Pulang dari Riau dengan Hati Hancur

Saat tragedi terjadi, Otim tengah bekerja sebagai buruh bangunan di Pekanbaru, Riau. Ia baru tahu anaknya meninggal setelah dihubungi rekan kerja melalui telepon.

“Saya lagi di proyek, tiba-tiba dikabarin anak saya ditemukan meninggal. Malam itu enggak ada penerbangan ke Jakarta. Saya baru bisa berangkat pagi, terus lanjut naik bus ke Purwakarta.” kenangnya lirih.

Otim tiba di rumah lebih dulu, sementara jenazah putrinya masih dalam proses autopsi. Ia hanya bisa duduk di ruang tamu, menatap kosong meja kecil tempat foto Jesika diletakkan.

“Anak saya enggak pernah neko-neko. Rajin ngaji, patuh sama ibu. Rasanya enggak percaya kejadian ini nyata.” katanya dengan suara berat.

Pelaku Berhasil Ditangkap

Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan dan olah tempat kejadian perkara, Satreskrim Polres Purwakarta akhirnya menangkap seorang terduga pelaku bernama Ardiayana Akmal (23) pada Senin malam, 20 Oktober 2025.

Penangkapan dilakukan di kawasan Gandasoli, tak jauh dari lokasi penemuan jasad. Polisi mengamankan sejumlah barang bukti dan melakukan pemeriksaan intensif terhadap pelaku.

“Kami bersyukur atas kerja sama masyarakat dan tim gabungan yang sigap. Pelaku sudah kami amankan untuk pemeriksaan lebih lanjut.” ujar AKP Uyun Saepul Uyun, Kasat Reskrim Polres Purwakarta.

Namun, keluarga korban masih merasa ada hal yang belum terungkap. Riska menduga pelaku tidak bekerja sendiri.

“Kami percaya masih ada yang bantu. Kami minta polisi bongkar sampai tuntas, jangan ada yang ditutup-tutupi.” tegasnya.

Kronologi yang Masih Menyisakan Misteri

Dari hasil penyelidikan awal, polisi menduga Jesika mengenal pelaku sebelum kejadian. Beberapa teman sekolah korban sempat menyebut bahwa Jesika pernah berbicara tentang seseorang yang memiliki motor RX King—identitas yang kini mengarah pada tersangka.

Namun, motif pembunuhan masih dalam penyelidikan. Dugaan sementara, pelaku berusaha mengajak korban bertemu, tetapi situasi berubah menjadi kekerasan yang berujung maut.

Polisi masih menunggu hasil lengkap autopsi untuk memastikan penyebab kematian, termasuk kemungkinan adanya kekerasan fisik atau kekerasan seksual sebelum korban tewas.

Sosok Jesika di Mata Keluarga dan Guru

Jesika dikenal sebagai siswi berprestasi dan rajin mengikuti kegiatan sekolah. Ibu Sinta, guru wali kelasnya di SMPN Satu Atap Cadasmekar, menyebut Jesika memiliki minat besar pada seni dan sering membantu kegiatan ekstrakurikuler.

“Jesika itu anak yang kalem tapi punya semangat. Dia sering bantu mendekor kelas. Waktu terakhir saya lihat, dia cerita mau bantu ibunya bikin acara syukuran rumah baru.” ujar Ibu Sinta.

Teman-teman sekelasnya juga masih sulit menerima kenyataan. Di media sosial, mereka ramai membagikan foto kenangan bersama Jesika, disertai doa dan pesan haru.

Keadilan yang Diharapkan Keluarga

Meski pelaku utama telah ditangkap, keluarga menuntut agar kasus ini diusut secara menyeluruh. Mereka khawatir masih ada pihak lain yang terlibat dalam peristiwa tragis tersebut.

“Kami cuma mau keadilan buat adik saya. Jangan ada yang disembunyikan. Kalau benar dia dibunuh, hukum seberat-beratnya.” ucap Riska tegas.

Sementara itu, Otim mengaku sudah menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada polisi, meski hatinya belum tenang.

“Enggak ada yang bisa balikin anak saya. Tapi saya cuma ingin pelaku dihukum setimpal, biar anak saya tenang di sana.” katanya.

Duka yang Menyisakan Pelajaran

Kasus kematian Jesika menjadi peringatan keras bagi masyarakat dan orang tua untuk lebih waspada terhadap pergaulan anak-anak remaja. Pihak sekolah dan aparat desa berkomitmen untuk memperkuat pengawasan dan edukasi tentang keamanan remaja di lingkungan mereka.

Kepala Desa Cadasmekar bahkan berencana membentuk posko remaja aman, bekerja sama dengan pihak kepolisian dan sekolah. Langkah ini diambil agar tragedi seperti yang menimpa Jesika tak terulang.

“Kami ingin anak-anak merasa aman bermain, sekolah, dan beraktivitas. Jesika jadi pelajaran buat kita semua.” kata kepala desa setempat.

Kenangan yang Tak Akan Hilang

Kini, setiap sore, Riska kerap duduk di depan rumah memandangi langit jingga di atas atap yang baru selesai direnovasi. Rumah yang semula dirancang menjadi tempat syukuran ulang tahun adiknya, kini berubah menjadi tempat berkabung.

Di meja kecil dekat foto Jesika, masih ada pita warna-warni dan balon yang rencananya akan dipasang pada tanggal 27 November mendatang — hari ulang tahun yang tak akan pernah datang bagi gadis itu.

“Dia cuma pengin sederhana. Tapi malah pergi duluan.” lirih sang kakak.

Penutup: Keadilan untuk Jesika

Tragedi yang menimpa Jesika meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sekolah, dan masyarakat Purwakarta. Penegak hukum kini diharapkan mampu menegakkan keadilan tanpa kompromi.

Kisah Jesika bukan sekadar berita kriminal. Ia adalah potret luka sosial tentang remaja yang kehilangan masa depannya akibat kekerasan yang tak seharusnya terjadi.

Dan di antara air mata keluarganya, tersimpan doa yang sama:
agar keadilan benar-benar datang, dan nama Jesika dikenang bukan karena kematiannya, tapi karena ketulusan dan kebaikan yang ia tinggalkan.