
Jakarta – Halo Sobat Diskusiberita.com! Coba jujur, setiap tanggal 28 Oktober tiba, apa yang langsung ada di benak kamu? Upacara bendera? Atau malah daftar hari libur nasional? Eits, tunggu dulu! Jauh dari sekadar upacara formal atau hari libur (yang sayangnya bukan tanggal merah resmi!), Hari Sumpah Pemuda punya cerita yang powerful banget. Ini adalah tanggal yang secara harfiah mengubah peta perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan!
Kita semua pasti sering mendengar frasa “Hari Sumpah Pemuda“. Tapi, pernah nggak sih kita benar-benar mengupas tuntas, kenapa Sumpah Pemuda diperingati 28 Oktober? Jawabannya nggak sesederhana “karena terjadi di tanggal itu”. Ada filosofi mendalam, strategi politik cerdas, dan yang paling penting, semangat persatuan yang luar biasa, yang semuanya terkumpul di tanggal 28 Oktober 1928.
Sebagai platform berita yang selalu berfokus pada informasi mendalam, Diskusiberita.com mengajak kamu buat flashback sejenak. Kita akan bongkar rahasia di balik Kongres Pemuda yang monumental itu, dan kenapa para pendahulu kita dengan sangat keukeuh menjadikan 28 Oktober sebagai tonggak bersejarah. Siap-siap, karena cerita Sejarah Sumpah Pemuda ini dijamin bikin kita makin cinta sama Indonesia!
Heboh Rahasia Sumpah Pemuda 28 Oktober

Tanggal 28 Oktober dipilih bukan karena kebetulan. Ini adalah hasil dari sebuah proses panjang, yang dinamakan Kongres Pemuda II. Jika Kongres Pemuda I di tahun 1926 masih sebatas penjajakan dan belum menghasilkan ikrar konkret, maka Kongres Pemuda II adalah titik klimaksnya!
Mendalami Rangkaian Acara di Balik Lahirnya Sumpah Pemuda
Perlu Sobat Diskusiberita.com ketahui, Kongres Pemuda II ini diselenggarakan selama dua hari, yaitu 27 dan 28 Oktober 1928, di tiga lokasi berbeda di Batavia (Jakarta zaman dulu).
Rapat Pertama (27 Oktober 1928): Membakar Semangat Persatuan

Rapat pertama dilaksanakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB). Pembukaan ini dipimpin oleh ketua kongres, Soegondo Djojopoespito, yang menyampaikan harapan agar kongres bisa memperkuat semangat persatuan di kalangan pemuda.
Momen kunci di rapat pertama ini adalah uraian dari Mohammad Yamin tentang pentingnya persatuan. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa menguatkan persatuan Indonesia, yaitu Sejarah, Bahasa, Hukum Adat, Pendidikan, dan Kemauan. Peran Mohammad Yamin di Sejarah Sumpah Pemuda sangat fundamental, karena dialah yang nantinya merumuskan teks sakral itu! Jadi, semangat sudah dipupuk sejak tanggal 27, menjadikannya pemanasan penting menuju 28 Oktober.
Rapat Kedua (Pagi, 28 Oktober 1928): Fokus ke Pendidikan Kebangsaan

Rapat dilanjutkan pada pagi hari 28 Oktober di Gedung Oost-Java Bioscoop. Fokus utama pembahasan adalah masalah pendidikan. Kenapa pendidikan? Karena para pemuda menyadari, persatuan nggak akan ada artinya kalau generasi penerus nggak memiliki mindset kebangsaan yang kuat. Pembicara seperti Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro sepakat bahwa pendidikan harus seimbang antara sekolah dan rumah, serta wajib menanamkan nilai-nilai demokrasi dan kebangsaan.
Ini menunjukkan bahwa perumusan Sumpah Pemuda di tanggal 28 Oktober tidak dilakukan secara tergesa-gesa. Ada proses diskusi mendalam tentang fondasi negara (pendidikan) sebelum mencapai kesepakatan akhir tentang identitas (ikrar Sumpah Pemuda).
Rapat Ketiga (Penutup, 28 Oktober 1928): Puncak Tiga Janji Sakti

Inilah momen yang kita rayakan setiap Hari Sumpah Pemuda! Rapat penutup dilaksanakan di Gedung Indonesische Clubgebouw. Di sesi inilah, hasil rumusan kongres yang paling penting dibacakan.
Saat mendengarkan pidato terakhir, Mohammad Yamin merumuskan naskah ikrar di selembar kertas. Naskah ini diserahkan kepada Soegondo Djojopoespito, dan kemudian dibacakan di hadapan seluruh peserta. Pengucapan ikrar ini secara bulat pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah alasan tunggal kenapa Sumpah Pemuda diperingati 28 Oktober! Ikrar tersebut adalah:
- Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Janji trilogi inilah yang mengubah gerakan kedaerahan (seperti Jong Java, Jong Sumatra, dsb.) menjadi gerakan nasionalisme yang utuh.
Tiga Janji Abadi Sumpah Pemuda: Bukan Sekadar Kata-Kata Indah
Tiga poin dalam Sumpah Pemuda itu bukan sekadar slogan, guys. Itu adalah fondasi filosofis yang sangat cerdas untuk melawan penjajah yang menerapkan politik Devide et Impera (pecah belah dan kuasai). Mari kita bedah lebih dalam menurut kacamata Diskusiberita.com.
Ikrar Pertama: Tanah Air Indonesia (Satu Wilayah)
“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.”
Ikrar pertama ini adalah deklarasi geografis. Meskipun Indonesia terdiri dari ribuan pulau—dari Sabang sampai Merauke—semuanya diakui sebagai satu kesatuan tempat berjuang dan bertumpah darah. Ini adalah pukulan telak bagi penjajah yang mencoba membagi-bagi wilayah berdasarkan kekuasaan mereka.
Ikrar Kedua: Bangsa Indonesia (Satu Identitas)
“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.”
Ini adalah ikrar yang paling mendobrak. Sebelumnya, identitas kita terkotak-kotak: Orang Jawa, Orang Batak, Orang Bugis, dan lain-lain. Dengan ikrar ini, segala perbedaan suku dan etnis melebur menjadi satu: Bangsa Indonesia. Perbedaan budaya tetap ada (dan wajib dilestarikan!), tetapi di atas itu semua, identitas politik dan kebangsaan kita adalah tunggal. Inilah masterpiece dari Sejarah Sumpah Pemuda.
Ikrar Ketiga: Bahasa Indonesia (Satu Komunikasi Pemersatu)
“Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Poin ketiga ini adalah kunci sukses pergerakan nasional. Tanpa bahasa yang sama, bagaimana mungkin pemuda dari Aceh bisa berkoordinasi dengan pemuda dari Maluku? Pemilihan Bahasa Indonesia (yang berasal dari rumpun Melayu) adalah keputusan jenius. Bahasa ini dianggap netral dan sudah menjadi lingua franca perdagangan di Nusantara. Ikrar ini secara resmi mengukuhkan peran vital bahasa kita, dan menjadi jawaban nyata kenapa Sumpah Pemuda diperingati 28 Oktober—karena di tanggal itulah bahasa persatuan kita lahir dan diresmikan!














