
Jakarta – Halo Gengs Diskusiberita.com! Ada kabar yang bener-bener bikin kita semua geleng-geleng kepala. Bayangin, salah satu benteng pertahanan terakhir di planet kita akhirnya runtuh. Bukan karena perang, bukan karena alien, tapi karena makhluk kecil yang sering kita sepelekan: nyamuk!
Iya, kita ngomongin Islandia, negara yang selama ini dikenal sebagai surga bebas nyamuk. Negara es yang dinginnya menusuk tulang ini sekarang resmi kedatangan ‘tamu’ tak diundang, dan penemuannya ini bener-bener bikin heboh dunia sains. Para ahli meyakini, biang keladinya satu: Islandia rekor panas gila-gilaan yang terjadi beberapa waktu lalu. Sebuah temuan yang sekali lagi membuktikan bahwa perubahan iklim bukan lagi ancaman di masa depan, tapi sudah menjadi realita yang menampar di depan mata.
Penemuan nyamuk Islandia untuk pertama kalinya ini seolah jadi lonceng peringatan paling keras bagi ekosistem Islandia yang super sensitif. Kalau Islandia saja sudah “kebobolan”, lantas bagaimana nasib daerah lain? Artikel ini akan mengupas tuntas kenapa ini bisa terjadi, siapa pahlawan (atau malah pembawa bencana?) di balik penemuan ini, dan apa dampaknya bagi Islandia ke depan. Kita bakal bedah habis-habisan kenapa nyamuk sekelas Culiseta annulata bisa menembus pertahanan terkuat alam di Kutub Utara.
HEBOH Ada Nyamuk Di Islandia Setelah 1000 Tahun

Sejak dulu, Islandia selalu bangga dengan statusnya sebagai salah satu dari DUA tempat di dunia (bersama Antartika) yang secara alami bebas dari nyamuk. Ini bukan cuma mitos, tapi fakta ilmiah yang bertahan selama ribuan tahun. Para peneliti di seluruh dunia selalu penasaran, kenapa di Islandia nyamuk tidak bisa hidup? Kenapa negara yang punya banyak kolam dan lahan basah ini tetap kebal dari populasi nyamuk?
Nah, status keren itu kini tinggal kenangan. Ini adalah sebuah kisah yang dramatis, layaknya jatuhnya benteng terakhir di sebuah film blockbuster.
Penemuan bersejarah ini dilakukan oleh seorang warga sipil, sekaligus pencinta serangga sejati, bernama Bjorn Hjaltason. Momen penemuan ini terjadi di Kjós, lembah gletser yang lokasinya tidak jauh dari ibukota Reykjavik. Kjós sendiri adalah daerah yang dikenal dengan lanskap yang masih liar, dikelilingi perbukitan dan sungai gletser. Kejadiannya sungguh random, tapi dampaknya monumental.
Momen Mengejutkan Saat Bjorn Hjaltason Menemukan Nyamuk Culiseta annulata

Bayangin, Hjaltason ini lagi asyik dengan hobinya yang unik: mengamati ngengat menggunakan tali yang sudah direndam anggur (bahasa kerennya wine-roping). Ini adalah teknik umum untuk menarik perhatian ngengat di malam hari. Tapi, di tengah keasyikan mengamati ngengat, matanya menangkap sesuatu yang asing di pita anggur merahnya.
“Aku bisa langsung tahu, ini adalah sesuatu yang belum pernah kulihat,” katanya dalam unggahan Facebook-nya yang kemudian viral. Dia mendeskripsikan temuannya itu sebagai “lalat aneh di pita anggur merah.” Dia segera sadar, ini bukan lalat biasa. Ini adalah nyamuk!
Ia menemukan tiga spesimen: dua nyamuk betina dan satu jantan. Tiga ekor ini mungkin terdengar sepele, tapi bagi ekosistem Islandia, ini adalah sinyal bahaya. Tiga nyamuk ini membuktikan bahwa lingkungan di sana sudah bisa menopang kehidupan mereka, setidaknya untuk waktu yang cukup lama.
Hjaltason, yang tahu betul betapa pentingnya penemuan ini, langsung mengirimkan serangga tersebut ke Icelandic Institute of Natural History. Di sana, entomolog senior Matthías Alfreðsson mengonfirmasi kecurigaan Hjaltason. Spesimen itu adalah spesies Culiseta annulata, sebuah nama yang kini akan dicatat dalam sejarah Islandia sebagai invader pertama.
Culiseta annulata ini bukanlah nyamuk sembarangan. Ia dikenal sebagai salah satu spesies nyamuk paling tangguh di Eropa. Mereka punya keunggulan genetik: kemampuan untuk bertahan hidup di musim dingin yang keras. Berbeda dengan banyak spesies nyamuk lain yang harus memasuki fase diapause (tidur panjang) atau mati di musim dingin, Culiseta annulata ini bisa overwinter—alias bertahan hidup selama musim dingin.
Detail kemampuan bertahan hidup nyamuk Culiseta annulata ini penting banget. Mereka bisa bertahan dalam berbagai fase kehidupan—telur, larva, pupa, dan dewasa—tanpa harus masuk ke kondisi dorman (diapause). Mereka cukup mencari tempat berlindung yang relatif hangat dan kering, seperti ruang bawah tanah, gudang, atau bahkan di bawah tumpukan kayu, sambil menunggu musim semi datang. Hal inilah yang membuat spesies nyamuk ini dijuluki ‘Tuan Tahan Dingin’.
“Benteng terakhir sepertinya sudah runtuh,” tulis Hjaltason, dan ungkapan ini seolah menjadi headline duka bagi para ilmuwan yang selama ini mengagumi Islandia. Penemuan nyamuk Islandia ini tidak hanya mengejutkan, tapi juga menggeser peta zoologi dunia.













