Gubernur Fed Desak Pemangkasan Suku Bunga Segera

Gubernur Fed desak pemangkasan suku bunga segera

Jakarta – Gubernur Federal Reserve, Stephen Miran, menyoroti bahwa ketegangan perdagangan yang terus meningkat antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah menambah beban terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dunia. Menurutnya, kondisi ini memperbesar urgensi bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Ia menegaskan bahwa situasi global yang semakin tidak menentu kini menuntut langkah kebijakan moneter yang lebih cepat dan terukur.

Dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh CNBC pada Rabu waktu setempat, Miran menjelaskan bahwa meningkatnya risiko kebijakan perdagangan menciptakan “tail risk baru”, atau risiko ekstrem yang bisa menekan ekonomi Amerika Serikat lebih dalam. “Sekarang risiko perlambatan ekonomi lebih besar dibandingkan minggu lalu. Sebagai pembuat kebijakan, kami harus menyesuaikan arah kebijakan moneter untuk mencerminkan kondisi tersebut,” ungkapnya.

Miran kemudian mengungkapkan dukungannya terhadap pemangkasan suku bunga acuan The Fed sebesar 1,25 poin persentase tambahan sebelum akhir tahun ini. Ia menilai proyeksi dua kali pemangkasan lagi masih tergolong realistis dan sejalan dengan kebutuhan ekonomi saat ini. Langkah tersebut, menurutnya, bisa membantu membawa posisi kebijakan moneter ke tingkat yang lebih “netral” — yaitu suku bunga yang tidak terlalu menekan pertumbuhan ekonomi, namun tetap mampu menjaga inflasi agar tidak meningkat terlalu tinggi.

Ia juga menambahkan, “Saya tidak menginginkan suku bunga yang jauh lebih rendah dibandingkan sebulan lalu, tetapi dengan perubahan keseimbangan risiko ekonomi, kita perlu bergerak menuju posisi netral dengan lebih cepat.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa Miran lebih condong pada pendekatan proaktif dibandingkan menunggu indikator ekonomi memburuk lebih jauh.

Komentar Miran muncul hanya sehari setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga kedua secara berturut-turut mungkin akan dilakukan pada pertemuan akhir bulan ini. Powell menyebut, keputusan tersebut didorong oleh kekhawatiran akan perlambatan perekrutan tenaga kerja di AS, yang berpotensi meningkatkan angka pengangguran, meskipun laju inflasi masih bertahan di atas target 2%.

Langkah ini menegaskan bahwa sebagian besar pejabat The Fed mulai mengakui perlunya kebijakan moneter yang lebih longgar guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Miran, yang dikenal sebagai salah satu anggota paling vokal dalam dewan, bahkan pada pertemuan bulan lalu menentang keputusan mayoritas yang hanya menurunkan suku bunga sebesar 0,25%. Ia saat itu mendorong pemangkasan setengah poin untuk memberikan respons yang lebih agresif terhadap tanda-tanda perlambatan ekonomi.

Pandangan Miran tersebut semakin memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Fed akan melanjutkan siklus penurunan suku bunga hingga akhir tahun. Investor memandang langkah ini sebagai sinyal bahwa bank sentral berkomitmen menjaga stabilitas di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, perlambatan perdagangan global, serta risiko pelemahan pasar tenaga kerja.

Dengan tekanan eksternal yang terus bertambah, The Fed kini berada pada posisi yang cukup rumit — di satu sisi harus memastikan inflasi tetap terkendali, namun di sisi lain perlu mendukung pertumbuhan agar ekonomi tidak jatuh ke jurang resesi. Dalam konteks ini, pernyataan Stephen Miran menjadi cerminan bahwa kebijakan moneter Amerika Serikat sedang bergerak menuju fase pelonggaran yang lebih agresif, demi menyesuaikan diri dengan dinamika ekonomi global yang kian tidak stabil.