
Jakarta – Industri mobil listrik berbasis baterai (BEV) di Indonesia menghadapi tantangan serius. Data terbaru dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penurunan penjualan yang tajam, mencapai hingga 36 persen pada September 2025, menyeret turun kinerja merek-merek utama seperti BYD dan Hyundai.
Penurunan ini memicu kekhawatiran akan terjadinya “krisis” adopsi kendaraan listrik massal, meskipun pemerintah telah memberikan berbagai insentif.
Penyebab Anjloknya Penjualan:
- Isu Harga Jual Kembali (Resale Value): Kekhawatiran terbesar konsumen adalah nilai depresiasi mobil listrik bekas yang anjlok parah. Para ahli menuding harga dan umur baterai menjadi biang keladinya, membuat pembeli enggan berinvestasi.
- Daya Beli Melemah: Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menyebut pelemahan daya beli masyarakat di tengah tekanan ekonomi secara umum turut menekan penjualan mobil, termasuk segmen listrik yang harganya masih di atas rata-rata mobil konvensional.
- Infrastruktur Pengisian Daya: Kurangnya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang memadai di luar kota-kota besar masih menjadi hambatan psikologis bagi konsumen untuk beralih dari mobil bensin.
Bahkan merek yang sempat meroket, seperti BYD, dikabarkan mengalami penurunan distribusi lebih dari 50% pada September, memaksa pabrikan mengevaluasi kembali strategi pasar mereka di tengah perlambatan ini.
Angka Penjualan Mobil Listrik 2025 Anjlok Parah
Geliat transisi energi di sektor otomotif Indonesia tiba-tiba tersendat. Angka penjualan mobil listrik berbasis baterai (BEV) secara nasional menunjukkan tren penurunan drastis pada paruh kedua tahun 2025, memicu kekhawatiran adanya krisis adopsi di tengah gempuran insentif pemerintah.
Data wholesales (penjualan dari pabrik ke dealer) dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penurunan tajam, mencapai sekitar 36% pada September 2025 dibandingkan periode bulan sebelumnya. Perlambatan ini menyeret turun kinerja pabrikan besar, termasuk merek-merek yang sempat mendominasi.
Bahkan, merek China yang sempat merajai pasar, seperti BYD, dilaporkan mengalami penurunan distribusi lebih dari 50% pada September, terlempar dari 10 besar klasemen penjualan mobil nasional. Hyundai, yang menjadi pelopor di segmen BEV, juga tidak luput dari dampak koreksi pasar ini.
Tiga Biang Kerok Utama: Harga Baterai Hingga Resale Value
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, mengungkapkan bahwa penurunan penjualan BEV ini disebabkan oleh faktor yang kompleks dan berlapis.
1. Harga Jual Kembali yang Anjlok Parah (Isu Baterai) Kekhawatiran utama konsumen adalah depresiasi nilai jual kembali (resale value) yang ekstrem. Mobil listrik bekas, meskipun baru dipakai setahun, bisa mengalami penurunan harga hingga ratusan juta rupiah.
“Biang keroknya adalah baterai,” ujar seorang pakar industri. Harga baterai, yang bisa mencapai setengah harga mobil, memiliki lifetime dan cycle terbatas. “Konsumen takut, karena begitu baterai mendekati akhir masa pakainya, biaya penggantiannya sangat mahal. Ini membuat pembeli mobil bekas enggan mengambil risiko,” jelasnya.
2. Harga Jual Masih Terlalu Tinggi Meskipun ada insentif PPN DTP, Kukuh menegaskan bahwa harga rata-rata mobil listrik masih berada di kisaran Rp 400-500 juta. Sementara itu, mayoritas daya beli masyarakat Indonesia berada di segmen di bawah Rp 300 juta.
“Pembeli mobil listrik saat ini mayoritas adalah secondary buyer (sudah punya mobil) dan terbatas di kota besar seperti Jakarta. Pasar belum menyentuh konsumen first time buyer karena harganya masih terlalu berat,” kata Kukuh.
3. Infrastruktur dan Kecemasan Jarak (Range Anxiety) Meskipun pemerintah gencar membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), penyebarannya dinilai masih belum merata. Kurangnya jaringan charging yang solid di luar Jawa dan Sumatera memicu range anxiety (kecemasan kehabisan daya) yang menjadi penghalang besar bagi konsumen di daerah.
Hybrid Justru Naik Daun
Di tengah kelesuan pasar BEV, penjualan mobil hybrid (HEV) justru terpantau stabil dan cenderung naik.
Mobil hybrid dilihat sebagai solusi transisi yang lebih aman dan praktis, karena menawarkan efisiensi bahan bakar tanpa harus bergantung penuh pada infrastruktur pengisian daya. Data Gaikindo menunjukkan, penjualan HEV stabil di atas 6.000 unit per bulan, membuktikan bahwa konsumen mencari efisiensi, tetapi belum sepenuhnya siap meninggalkan kenyamanan mobil berbahan bakar bensin.
Para pengamat memprediksi, jika isu harga baterai dan infrastruktur tidak segera teratasi, krisis BEV ini akan berlanjut hingga awal tahun 2026, memaksa pabrikan untuk lebih agresif dalam strategi penetapan harga dan mempercepat lokalisasi komponen baterai.
Respons Pabrikan: Diskon Besar dan Re-Strategi
Menghadapi penurunan penjualan yang mengkhawatirkan, sejumlah pabrikan mobil listrik mulai mengambil langkah drastis untuk menghabiskan stok dan menarik kembali minat konsumen. Fenomena diskon besar-besaran kini marak terjadi di diler-diler, terutama untuk model-model yang baru diperkenalkan.
Pabrikan China, yang sebelumnya menikmati pertumbuhan pesat berkat harga yang kompetitif, kini dipaksa untuk mengubah strategi pemasaran secara fundamental. Alih-alih hanya mengandalkan harga murah, mereka mulai fokus pada solusi jangka panjang untuk mengatasi isu biaya kepemilikan.
“Beberapa merek sudah mulai mempertimbangkan skema sewa baterai (battery leasing), di mana harga mobil dijual tanpa baterai. Ini akan menurunkan harga jual awal secara signifikan,” ungkap Anton, seorang analis otomotif independen. “Meskipun ini baru wacana, ini adalah respons logis untuk meredam kekhawatiran konsumen soal biaya penggantian baterai di masa depan.”
Sementara itu, pabrikan Eropa dan Korea seperti Hyundai dan BMW mulai menekankan jaminan baterai yang lebih panjang dan komprehensif, bahkan ada yang berani menawarkan buyback guarantee (jaminan pembelian kembali) untuk menstabilkan harga jual mobil bekas.
Proyeksi Pasar: Menanti ‘Titik Balik’ Harga Baterai
Para pelaku industri percaya bahwa krisis ini hanya bersifat sementara, namun menantang. Titik balik utama, menurut berbagai studi, akan terjadi ketika harga komponen baterai benar-benar turun signifikan di pasar global, atau ketika pabrik baterai lokal di Indonesia mulai beroperasi penuh.
“Kita berada di fase wait and see. Konsumen cerdas menanti model-model BEV yang lebih terjangkau, yaitu di bawah Rp 300 juta, dan juga menunggu perkembangan teknologi baterai yang lebih tahan lama,” jelas Budi Santoso, Ekonom Otomotif dari lembaga riset AutoView.
Gaikindo sendiri berharap adanya kebijakan makroekonomi yang lebih stabil dan tambahan insentif yang lebih terarah dari pemerintah, bukan hanya berupa pembebasan pajak, tetapi juga subsidi langsung untuk membangun infrastruktur pengisian daya di daerah-daerah luar Jawa.
Tanpa adanya terobosan nyata dalam mengatasi range anxiety dan resale value, para ahli sepakat bahwa adopsi mobil listrik di Indonesia akan tetap tersegmentasi dan berisiko gagal mencapai target ambisius pemerintah di tahun-tahun mendatang.
Tentu, ini adalah bagian penutup dan analisis akhir dari berita tentang anjloknya penjualan mobil listrik, berfokus pada pergeseran perilaku konsumen dan saran kebijakan:
Pergeseran Perilaku Konsumen: EV sebagai Mobil Kedua
Fenomena anjloknya penjualan ini juga memperkuat temuan bahwa mobil listrik di Indonesia masih berfungsi sebagai kendaraan kedua atau weekend car bagi sebagian besar pembelinya.
“Data kami menunjukkan, banyak pembeli mobil listrik adalah mereka yang sudah memiliki minimal satu mobil konvensional. Mereka membeli BEV bukan karena kebutuhan mobilitas utama, tetapi karena ingin mencoba teknologi baru atau menghindari regulasi ganjil genap di perkotaan,” kata Mira Handayani, Kepala Riset Konsumen dari IndoAuto Insight.
Hal ini menjelaskan mengapa produk yang laris manis di awal tahun 2025 sebagian besar adalah model city car atau komuter, bukan mobil keluarga besar. Ketika euforia mencoba teknologi baru mereda, dan faktor makroekonomi menekan daya beli, konsumen menunda pembelian kendaraan kedua, sehingga angka penjualan BEV langsung terkoreksi.
Saran Kebijakan: Subsidi Infrastruktur, Bukan Hanya Pajak
Untuk mengatasi krisis yang melanda paruh kedua 2025 ini, industri otomotif mendesak pemerintah untuk merevisi fokus insentif.
“Insentif berupa pembebasan pajak (PPN dan PPnBM) sudah berjalan, tapi terbukti belum cukup kuat menarik pasar menengah ke bawah. Yang harus didorong sekarang adalah subsidi langsung untuk pembangunan infrastruktur,” tegas Budi Santoso.
Menurut Budi, anggaran negara akan lebih efektif jika digunakan untuk:
- Mempercepat Pembangunan SPKLU: Terutama di jalur tol lintas provinsi dan daerah terpencil, untuk mengatasi range anxiety.
- Mendorong Standarisasi Pengisian: Memastikan semua merek menggunakan standar port pengisian yang sama untuk kenyamanan publik.
- Insentif Kepemilikan Baterai: Skema dukungan pemerintah terhadap skema sewa baterai atau program buyback baterai untuk menstabilkan harga jual kembali mobil.
Tanpa adanya kepercayaan penuh dari masyarakat terhadap ketersediaan infrastruktur dan jaminan nilai investasi (harga jual kembali), target besar elektrifikasi Indonesia dikhawatirkan akan tertunda hingga beberapa tahun ke depan. Industri otomotif kini berada di persimpangan jalan, antara optimisme global dan realitas pasar domestik yang melambat.
Analisis Data Gaikindo: Kontraksi Pasar yang Mengejutkan
Penjualan mobil listrik murni (BEV) yang anjlok pada kuartal ketiga (Q3) 2025 bukan sekadar perlambatan, melainkan kontraksi pasar yang terjadi secara cepat dan mengejutkan.
Pada Agustus 2025, penjualan wholesales BEV masih mencatatkan angka yang cukup stabil di atas 6.300 unit. Namun, memasuki September, angka tersebut merosot tajam. Beberapa pabrikan mengalami penurunan distribusi hingga di atas 50% dalam sebulan.
1. Trauma Resale Value dan Biaya Baterai
Faktor terbesar yang menghantui konsumen adalah harga jual kembali (resale value) yang jatuh bebas. Baterai—komponen termahal yang menyumbang 40-50% dari harga mobil—memiliki masa pakai terbatas.
“Harga baru BYD Seal, misalnya, yang saat peluncuran di atas Rp 600 juta, bisa ditemukan di pasar bekas dalam waktu satu tahun sudah turun hingga Rp 200 jutaan. Ini karena pembeli takut menanggung risiko penggantian baterai yang mahal di masa depan,” jelas Evvy Kartini, Founder National Battery Research Institute (NBRI).
Survei menunjukkan, konsumen kini lebih mementingkan jaminan dan kualitas baterai (jangkauan, garansi buyback) daripada sekadar diskon harga jual.
2. Kemenangan Mobil Hybrid (HEV) di Fase Transisi
Penurunan BEV menjadi kontras dengan performa mobil Hybrid Electric Vehicle (HEV) yang justru semakin laris.
“HEV menawarkan efisiensi bahan bakar yang signifikan tanpa menimbulkan range anxiety dan menghilangkan risiko biaya baterai yang besar,” ujar Kukuh Kumara dari Gaikindo.
Konsumen melihat HEV sebagai solusi transisi yang realistis karena tetap fleksibel menggunakan SPBU konvensional. Data menunjukkan, pada periode Q3 2025, angka penjualan HEV stabil dan beberapa kali bahkan melampaui total penjualan BEV bulanan.
3. Kejenuhan Pasar Awal (Early Adopter)
Penjualan BEV di awal tahun didominasi oleh early adopter dan pembeli yang memanfaatkan mobil listrik untuk mengatasi ganjil-genap. Setelah pasar ini terserap, penjualan ke segmen pasar menengah (yang lebih sensitif harga) terbentur tembok.
“Selama mobil listrik termurah masih di atas Rp 400 juta, sulit menembus pasar massal Indonesia yang didominasi harga di bawah Rp 300 juta. Insentif pajak tidak cukup, karena masalahnya bukan di pajak, tapi di biaya teknologi baterai,” tegas Budi Santoso, Analis Otomotif.
Langkah Pabrikan: Dari Sewa Baterai Hingga Buyback Garansi
Menanggapi krisis ini, beberapa pabrikan mulai mengkaji ulang pendekatan radikal:
- Sewa Baterai: Merek-merek tertentu sedang menjajaki skema battery leasing (sewa baterai) di mana konsumen hanya membayar harga mobil tanpa komponen baterai. Ini secara teoritis dapat memangkas harga jual awal hingga 40%.
- Garansi Buyback: Pabrikan besar mulai menawarkan program jaminan pembelian kembali (buyback) dengan nilai depresiasi yang telah ditentukan untuk memberikan kepastian finansial kepada pembeli dan menstabilkan harga bekas.
Krisis penjualan 2025 menjadi lonceng peringatan bagi industri dan pemerintah bahwa membangun ekosistem mobil listrik memerlukan lebih dari sekadar insentif pajak; ia membutuhkan solusi nyata terhadap range anxiety, ketersediaan infrastruktur pengisian daya, dan yang paling krusial, jaminan nilai investasi konsumen.
Dampak Krisis Terhadap Iklim Investasi EV
Perlambatan tajam penjualan mobil listrik pada paruh kedua tahun 2025 ini mulai menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor asing. Indonesia, yang gencar mempromosikan diri sebagai hub produksi EV di Asia Tenggara, kini menghadapi risiko penurunan kepercayaan pasar.
“Keterbatasan permintaan domestik menjadi sinyal negatif bagi investasi besar, terutama untuk pendirian pabrik perakitan (CKD) dan pabrik baterai,” ungkap Arya Wicaksana, Ekonom Industri dari Asia Growth Institute. “Meskipun komitmen investasi jangka panjang dari China dan Korea masih kuat, realisasi produksi lokal akan sangat bergantung pada seberapa cepat permintaan ritel bisa dipulihkan.”
Arya menambahkan, jika tren penurunan berlanjut, Indonesia bisa saja menjadi pasar dumping unit CBU (Completely Built Up) yang tidak terjual di negara lain, yang justru akan semakin menekan harga jual mobil listrik bekas di dalam negeri dan memperburuk siklus krisis.
Rekomendasi Kunci: Fokus Geografis dan Keseimbangan Subsidi
Untuk keluar dari jebakan krisis adopsi ini, para pengamat menyarankan pemerintah untuk menggeser fokus kebijakan dari insentif harga menjadi insentif pengembangan ekosistem.
- Prioritas Infrastruktur di Luar Jawa: Daripada hanya memusatkan SPKLU di super block Jakarta, anggaran harus dialihkan untuk memperluas jaringan di pulau-pulau padat penduduk lainnya, seperti Sumatera dan Sulawesi, untuk menghilangkan range anxiety secara nasional.
- Keseimbangan Subsidi: Pemerintah harus mempertimbangkan kembali keseimbangan insentif antara BEV dan HEV. Meskipun BEV adalah target akhir, mendukung HEV sebagai jembatan transisi (dengan subsidi untuk lokalisasi komponen) akan menjaga minat konsumen terhadap kendaraan elektrifikasi secara keseluruhan.
- Standar Layanan Purna Jual: Mendorong pabrikan untuk meningkatkan dan menstandardisasi layanan purna jual, terutama yang berkaitan dengan diagnostik dan penggantian baterai, akan membangun kembali kepercayaan konsumen terhadap nilai jangka panjang mobil listrik.
Krisis penjualan 2025 menjadi reality check yang mahal bagi Indonesia. Ini bukan lagi soal apakah teknologi mobil listrik sudah siap, tetapi apakah pasar, infrastruktur, dan kesiapan finansial konsumen Indonesia sudah sepenuhnya siap untuk melakukan lompatan besar.
KESIMPULAN: Krisis Mobil Listrik 2025 – Anjloknya Penjualan Dipicu Trauma Baterai
Penjualan mobil listrik murni (BEV) di Indonesia pada paruh kedua tahun 2025 mengalami kontraksi tajam (turun sekitar 36% pada September), memicu kekhawatiran krisis adopsi.
Faktor Kunci Penyebab Krisis:
- Trauma Baterai: Isu utama adalah anjloknya harga jual kembali (resale value) mobil listrik bekas yang dipicu oleh kekhawatiran konsumen terhadap biaya dan umur pakai baterai sebagai komponen termahal.
- Harga Tinggi vs Daya Beli: Harga BEV masih di atas rata-rata daya beli mayoritas masyarakat Indonesia, membuat BEV hanya dibeli sebagai kendaraan kedua oleh early adopter.
- Keterbatasan Infrastruktur: Belum meratanya SPKLU di luar Jawa masih menjadi penghalang psikologis terbesar (range anxiety).
Kondisi ini membuat mobil Hybrid (HEV) justru naik daun sebagai solusi transisi yang lebih aman. Industri mendesak pemerintah untuk fokus pada insentif infrastruktur dan jaminan nilai investasi (seperti skema sewa baterai), bukan hanya pembebasan pajak, untuk memulihkan kepercayaan pasar dan mencegah melambatnya investasi asing.
Bukan Cuma Alphard, Tren Pilot Seat Bikin Mobil Biasa Naik Kasta di 2025
Drama Brutal MotoGP Mandalika: Crash Mengerikan yang Mengakhiri Musim Ke-8 Marquez
TENTANG DISKUSIBERITA.COM
DiskusiBerita.com adalah portal berita independen yang menyajikan informasi aktual, akurat, dan berimbang. Kami menghadirkan berita nasional, ekonomi, teknologi, hiburan, hingga opini publik dengan gaya profesional dan terpercaya. Di sini, setiap fakta layak dibahas, dan setiap suara berhak untuk didengar secara cerdas dan objektif.
Keunggulan DiskusiBerita.com
DiskusiBerita.com tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga menghadirkan analisis mendalam dan sudut pandang kritis. Setiap artikel kami dirancang untuk mengajak pembaca berpikir, bukan sekadar membaca.
Kami berdiri tanpa intervensi politik maupun kepentingan bisnis tertentu. Integritas dan objektivitas adalah fondasi utama dalam setiap pemberitaan yang kami sajikan.
Setiap berita dikurasi agar relevan dan berdampak. Kami fokus memberikan pemahaman yang mendalam, bukan sekadar mengejar angka views.
Kami membuka ruang bagi pembaca untuk berpendapat dan berdiskusi langsung di setiap topik — karena suara publik adalah bagian penting dari kebenaran.
Tampilan cepat, responsif, dan fitur interaktif kami dirancang untuk pengalaman membaca modern di semua perangkat.
Kami menjadi mitra strategis bagi brand untuk menghadirkan konten promosi yang elegan dan kredibel, menjaga keseimbangan antara nilai jurnalistik dan kepentingan bisnis.
SATU KLIK DISKUSIBERITA SEMUA INFORMASI TERKINI
NASIONAL Berita dan ulasan mendalam seputar isu-isu terkini di dalam negeri, meliputi perkembangan sosial, budaya, kriminal, dan kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan masyarakat Indonesia.
INTERNATIONAL Liputan komprehensif dari seluruh penjuru dunia, mencakup peristiwa global, hubungan antarnegara, konflik, kerjasama, dan perkembangan yang memengaruhi skala internasional.
POLITIK Analisis dan laporan tentang dinamika politik, pemerintahan, pemilu, kebijakan, serta tokoh-tokoh politik di tingkat nasional maupun daerah.
TEKNOLOGI Informasi terbaru tentang inovasi teknologi, gawai, aplikasi, perkembangan digital, ilmu pengetahuan, serta tips dan trik dunia teknologi.
OLAHRAGA Berita, skor, dan ulasan lengkap dari berbagai cabang olahraga, baik lokal maupun internasional, termasuk sepak bola, bulu tangkis, basket, dan event olahraga besar lainnya.
OTOMOTIF Berita terbaru tentang industri kendaraan, peluncuran mobil dan motor baru, modifikasi, tips perawatan, serta ulasan seputar dunia transportasi.
FINANSIAL Panduan dan berita seputar keuangan pribadi, investasi, pasar modal, ekonomi makro, bisnis, perbankan, dan tips mengelola uang untuk mencapai kebebasan finansial.
HIBURAN Segala hal tentang dunia entertainment, mulai dari kabar selebriti, resensi film, musik, game, hingga tren gaya hidup dan budaya populer yang sedang hangat.
WISATA Inspirasi destinasi perjalanan, ulasan tempat wisata populer, tips traveling, kuliner, dan panduan liburan menarik dari seluruh Indonesia dan mancanegara.
ENTERTAINMENT Kategori Entertainment di DiskusiBerita.com menghadirkan berbagai berita, ulasan, dan tren terkini dari dunia hiburan — baik lokal maupun internasional.
INFORMASI
Diskusi berita adalah lebih dari sekadar forum; ia adalah laboratorium nalar kolektif kita. Mari kita terus bekerja sama, memelihara tempat ini sebagai suar kejelasan di tengah lautan informasi yang membingungkan.
Terima kasih atas partisipasi Anda yang luar biasa. Ingatlah, kekuatan sejati sebuah berita bukan terletak pada seberapa hebohnya ia disiarkan, melainkan pada seberapa cerdas ia didiskusikan.
Sampai jumpa di utas dan topik diskusi berikutnya!