Setahun Pemerintahan Prabowo: GCP-GAN Rilis 5 Poin Tuntutan Mendesak untuk Perubahan Kebijakan

JAKARTA – Genap satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, Gerakan Cinta Pro-Ganjar dan Anti-Narasi (GCP-GAN) merilis lima poin tuntutan mendesak terkait perubahan kebijakan. Seruan ini dikeluarkan sebagai evaluasi terhadap kinerja satu tahun kabinet, dengan fokus pada perbaikan fundamental di sektor publik.

Tuntutan utama GCP-GAN menyoroti perlunya reformasi hukum yang lebih transparan, peningkatan kualitas layanan kesehatan dan pendidikan, serta percepatan pemerataan ekonomi di daerah. Mereka mendesak agar pemerintah segera merespons tuntutan publik untuk menghindari stagnasi dan memastikan janji-janji kampanye dapat terwujud secara efektif pada sisa masa jabatan. Lima poin tersebut diserahkan langsung kepada perwakilan Istana Negara pada Jumat (17/10/2025)

Setahun Prabowo GCP-GAN Serukan 5 Poin Penting

Tepat pada peringatan ulang tahun Presiden Prabowo Subianto, 17 Oktober 2025, suasana politik nasional diwarnai dengan kegiatan refleksi mendalam mengenai satu tahun kepemimpinannya. Berbeda dengan evaluasi kritis dari kelompok oposisi, inisiatif ini datang dari basis pendukungnya: Gerakan Cinta Prabowo (GCP) yang bersinergi dengan Gerakan Asta Cita Nasional (GAN).

Melanjutkan Apel Kebangsaan yang telah digelar sebelumnya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), GCP dan GAN menyelenggarakan Forum Dialog Nasional bertajuk “Refleksi Kepemimpinan Nasional” di Nyi Ageng Serang, Kuningan, Jakarta Selatan. Acara ini diklaim sebagai bentuk apresiasi sekaligus upaya memberikan masukan konstruktif bagi Presiden.

Ketua Umum GCP, H. Kurniawan, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian integral dari komitmen kebangsaan. “Refleksi ini merupakan bagian dari perjalanan kebangsaan kita untuk memberikan masukan-masukan yang konstruktif bagi Presiden,” ujar Kurniawan, menyoroti pentingnya peran relawan dan masyarakat sipil pendukung dalam mengawal jalannya pemerintahan.

Forum ini berhasil menarik perhatian dengan menghadirkan narasumber lintas bidang, mulai dari akademisi (seperti Prof. Yudi Rusdi dan Prof. Hariku Satria), ekonom, hingga pengamat politik yang dikenal vokal (termasuk Iskandar Nursi dan Rocky Gerung). Kehadiran para tokoh ini menunjukkan upaya untuk menyajikan diskusi yang komprehensif, meskipun berada dalam bingkai apresiasi terhadap kinerja Presiden.

Apresiasi Kinerja 365 Hari: Pangan, Anti-Korupsi, dan Keberanian Reformasi

Dalam evaluasinya, Kurniawan menyoroti beberapa capaian yang dianggapnya sebagai “gebrakan besar” yang patut diapresiasi selama 365 hari pertama masa jabatan Presiden Prabowo. Tiga bidang utama menjadi sorotan apresiasi: sektor pangan, pemberantasan korupsi, dan pengembalian aset negara.

A. Keberanian dan Implementasi Program Pangan

Fokus pertama adalah pada sektor pangan, khususnya Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Meskipun program ini menuai perdebatan sengit sejak masa kampanye, keberanian Presiden untuk segera mengimplementasikannya dalam skala terbatas dinilai sebagai bukti komitmen kuat terhadap peningkatan gizi dan kualitas sumber daya manusia sejak dini.

Namun, apresiasi ini tidak disampaikan tanpa catatan kritis. GCP-GAN menekankan bahwa niat mulia Program MBG harus didukung dengan tata kelola dan pengawasan yang kuat. “Sebagus apa pun programnya, kalau pelaksananya tidak jujur, hasilnya bisa rusak,” kata Kurniawan, yang mendorong Presiden untuk melakukan bersih-bersih koruptor dan memperkuat sistem pengawasan agar penyimpangan dana triliunan rupiah dapat dihindari.

B. Gebrakan Pemberantasan Korupsi dan Pengembalian Aset Negara

Klaim yang paling signifikan dan mendapatkan penekanan adalah di bidang penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Kurniawan mengklaim bahwa dalam setahun, “sudah ada sekitar 80 kasus korupsi yang berhasil diungkap.” Angka ini, jika terverifikasi, merupakan indikator lonjakan aktivitas penegakan hukum yang patut diperhatikan.

Lebih lanjut, apresiasi juga diberikan atas keberanian Presiden dalam upaya mengembalikan aset negara. Disebutkan bahwa “sudah jutaan hektare tanah berhasil dikembalikan ke negara.” Klaim ini secara implisit menyinggung komitmen untuk melawan oligarki dan mafia tanah yang selama ini dianggap menguasai aset-aset strategis negara. “Ini bukti nyata keberanian seorang pemimpin yang tidak takut melawan mafia,” tegas Kurniawan, menempatkan isu pengembalian aset sebagai warisan keberanian kepemimpinan Prabowo.

Lima Poin Seruan Kebangsaan: Agenda Konsolidasi dan Strategi Politik

Di luar apresiasi terhadap kinerja, inti dari Forum Dialog Nasional ini adalah penyampaian lima poin seruan kebangsaan yang ditujukan langsung kepada Presiden Prabowo. Seruan ini tidak hanya bersifat teknokratis, tetapi juga strategis politik, mencerminkan kekhawatiran basis pendukung mengenai soliditas pemerintahan ke depan.

1. Menjaga Soliditas Pendukung dan Relawan

Seruan pertama bersifat politis dan internal: menunjukkan kepada masyarakat bahwa pendukung Prabowo tetap solid. Seruan ini muncul di tengah dinamika politik pasca-pemilu yang seringkali memicu perpecahan atau pergeseran loyalitas. GCP-GAN menekankan pentingnya mempertahankan persatuan basis massa sebagai modal politik untuk mendukung kebijakan-kebijakan yang mungkin tidak populer.

2. Keberanian Mengambil Keputusan Strategis

Seruan kedua meminta Presiden tidak ragu mengambil keputusan strategis. Dalam konteks pemerintahan yang membutuhkan political will kuat untuk melakukan reformasi struktural, seruan ini adalah dorongan agar Presiden tidak terperangkap dalam kalkulasi politik jangka pendek. Keputusan strategis ini mencakup reformasi birokrasi, penataan utang negara, hingga restrukturisasi BUMN.

3. Evaluasi Terhadap Pembantu yang Tidak Loyal

Poin ketiga adalah seruan yang paling sensitif dan bersifat warning: melakukan evaluasi terhadap pembantu yang tidak loyal. Seruan ini mengindikasikan adanya kekhawatiran di kalangan pendukung bahwa integritas dan komitmen kabinet (para menteri dan pejabat tinggi) tidak seragam. Ketidakloyalan yang dimaksud bisa merujuk pada kinerja yang buruk, konflik kepentingan, atau bahkan perlawanan terhadap visi Presiden. Permintaan ini adalah sinyal tegas agar Presiden segera membersihkan barisan kabinet demi efektivitas pemerintahan.

4. Memperbanyak Kunjungan ke Daerah

Seruan keempat bersifat praktis dan grassroot: memperbanyak kunjungan ke daerah. Kunjungan ke daerah dianggap krusial untuk dua tujuan: pertama, memastikan program-program nasional (seperti MBG dan infrastruktur) berjalan efektif di lapangan; kedua, memperkuat kedekatan dan legitimasi politik Presiden di mata rakyat daerah. Kunjungan ini juga penting sebagai mekanisme check and balance langsung terhadap kinerja pemerintah daerah.

5. Menjaga Soliditas Relawan Menghadapi Dinamika Politik

Poin kelima kembali menekankan aspek konsolidasi internal: menjaga soliditas relawan dalam menghadapi dinamika politik nasional. Relawan diyakini sebagai garda terdepan penjaga narasi positif pemerintah. Soliditas ini penting, terutama menjelang tahun-tahun krusial di mana kritik dan serangan politik akan semakin meningkat.

Proyeksi dan Komitmen Pengawalan Jangka Panjang

Kurniawan menutup refleksi ini dengan proyeksi optimis dan penegasan komitmen jangka panjang. Ia meyakini bahwa dengan konsistensi dan dukungan kuat dari masyarakat, program-program Presiden Prabowo akan menunjukkan hasil yang signifikan, terutama pada tahun ketiga kepemimpinannya.

“Kalau negara lain butuh belasan tahun untuk membenahi sistem, Indonesia di bawah Prabowo bisa lebih cepat karena kepemimpinan beliau kuat dan tegas,” ujarnya, menunjukkan keyakinan pada gaya kepemimpinan tegas yang diusung oleh Prabowo.

GCP dan GAN menyatakan komitmen mereka untuk terus mengawal pemerintahan hingga tahun 2034. Komitmen ini melampaui masa jabatan Presiden saat ini, menandakan kesiapan untuk menjadi “garda terdepan dalam menjaga keberlanjutan arah pembangunan nasional,” terlepas dari siapa yang memimpin di periode berikutnya, asalkan sejalan dengan visi yang telah dicanangkan.

Kegiatan refleksi ini, pada akhirnya, bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah momentum untuk memperkuat sinergi antara rakyat dan pemerintah, memastikan bahwa janji-janji perubahan dapat diwujudkan dengan partisipasi publik yang aktif, kritis, dan loyal.

KESIMPULAN (DiskusiBerita): REFLEKSI GCP-GAN MENYOROT APRESIASI KINERJA DENGAN SERUAN KONSOLIDASI INTERNAL

Acara refleksi yang digelar oleh Gerakan Cinta Prabowo (GCP) bersama Gerakan Asta Cita Nasional (GAN) menandai satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo dengan nada apresiasi dan dukungan yang kuat, alih-alih kritik keras.

Fokus Utama Apresiasi:

GCP menyoroti beberapa “gebrakan besar” selama 365 hari, terutama dalam:

1.Program Pangan: Keberanian implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

2.Pemberantasan Korupsi: Klaim pengungkapan sekitar 80 kasus korupsi.

3.Pengembalian Aset: Keberanian mengembalikan jutaan hektare tanah negara yang dikuasai mafia.

Inti Seruan 5 Poin (Agenda Strategis):

Lima poin seruan yang disampaikan GCP-GAN lebih berfokus pada strategi politik dan konsolidasi internal demi menjaga efektivitas pemerintahan ke depan, yaitu:

1.Menjaga soliditas pendukung dan relawan.

2.Mendorong keberanian dalam pengambilan keputusan strategis.

3.Melakukan evaluasi terhadap pembantu Presiden yang dinilai tidak loyal.

4.Meningkatkan kunjungan ke daerah untuk memastikan program berjalan.

5.Menjaga soliditas relawan dalam menghadapi dinamika politik.

Secara keseluruhan, kegiatan ini berfungsi ganda sebagai pernyataan loyalitas dan dorongan internal agar Presiden Prabowo bertindak tegas terhadap oknum tidak loyal dan konsisten menjalankan programnya, dengan harapan kinerja signifikan terlihat di tahun ketiga masa jabatannya. GCP-GAN juga menegaskan komitmen mereka untuk mengawal pembangunan nasional hingga tahun 2034.