Tarif China Tidak Berkelanjutan, Tetap Optimis Positif!

Tarif China Tidak Berkelanjutan, Tetap Optimis Positif!

Jakarta – Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump, baru-baru ini bikin pernyataan yang cukup mengejutkan sekaligus bikin banyak pihak penasaran soal kebijakan tarif tinggi AS terhadap barang-barang China. Dalam wawancara dengan Fox Business, Trump bilang, tarif yang baru diterapkan itu sebenarnya gak berkelanjutan dalam jangka panjang. Tapi jangan salah, dia tetap pede kalau akhirnya akan ada hasil positif dari perselisihan dagang yang sudah bikin ekonomi dunia sedikit goyah itu.

“It’s not sustainable, but that’s what the number is,” ujar Trump santai. Artinya, meski tarif tinggi itu berat di kantong, baik untuk AS maupun China, kebijakan ini bisa dijalankan sementara waktu. Trump menambahkan, “It could stand. I think the outcome will be fine.” Dari pernyataan itu, terlihat jelas kalau Trump mencoba balance antara proteksionisme dan diplomasi ekonomi.

Perselisihan dagang antara AS dan China memang sudah berlangsung cukup lama. Tarif tinggi ini sebenarnya bagian dari strategi “America First” yang jadi janji kampanye Trump. AS berusaha melindungi industri lokal dari persaingan China yang dianggap terlalu agresif, terutama di sektor teknologi dan manufaktur. Tapi tentu saja, langkah ini memicu respons keras dari Beijing. Beberapa waktu lalu, China sempat membatasi ekspor logam tanah jarang dan material strategis lain yang sangat dibutuhkan industri AS.

Tarik-Menarik Tarif AS vs China: Siapa Saja yang Kehilangan?

Gak bisa dipungkiri, perang dagang ini bikin banyak orang baik pelaku bisnis, investor, hingga konsumen biasa—merasa keteteran. Tarif tinggi bikin harga barang impor naik, dan otomatis bikin kantong konsumen AS lebih tipis. Di sisi lain, China juga kena dampak, terutama eksportir yang tergantung pasar Amerika.

Analis pasar sampai sekarang lagi sibuk ngitung, siapa yang lebih diuntungkan, siapa yang kena rugi. Menurut beberapa ahli ekonomi, perang dagang itu kayak tarik tambang, di mana kedua negara tarik menarik untuk dapat posisi terbaik, tapi sebenarnya sama-sama capek dan banyak yang terluka di tengah jalan.

Trump sendiri sadar kalau kebijakan tarif tinggi ini gak bisa selamanya bertahan. Makanya, dia optimis kalau pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping yang dijadwalkan beberapa minggu ke depan di Korea Selatan bakal jadi titik balik. Banyak yang berharap, dari pertemuan itu bisa muncul gencatan senjata tarif sementara, atau paling nggak ada kesepakatan awal yang menenangkan pasar yang lagi fluktuatif.

Pertemuan Trump dan Xi: Titik Balik Perdagangan Global?

Kalau ngomongin pertemuan Trump-Xi, ini bisa dibilang sebagai salah satu momen krusial dalam ekonomi dunia. Setelah beberapa putaran negosiasi sebelumnya berakhir tanpa hasil konkret, harapan banyak pihak sekarang tertumpu pada ketemuan yang rencananya berlangsung di Korea Selatan itu.

Beberapa analis memperkirakan, kalau kedua pemimpin ini bisa duduk di meja negosiasi dengan kepala dingin, ada peluang buat mencairkan ketegangan. Bisa jadi, ada kesepakatan sementara soal tarif, atau setidaknya jalan keluar yang bikin pasar global lebih stabil. Kalau ini berhasil, tentu bakal jadi angin segar buat bisnis dan investor yang selama ini was-was tiap kali baca berita tentang perang dagang.

Selain itu, pertemuan ini juga bakal jadi indikator seberapa jauh kedua negara mau kompromi dalam masalah ekonomi dan geopolitik. Trump sendiri kayaknya optimis, karena dia percaya hasil akhirnya bakal baik. Tapi realistis juga, dia ngaku tarif tinggi itu gak sustainable. Jadi intinya, sambil tetap protektif, ada jalan diplomasi yang sedang dibuka.

Di tengah ketegangan ini, satu hal yang pasti: dunia ekonomi global lagi dalam fase yang seru sekaligus menegangkan. Kebijakan tarif, pembatasan ekspor, dan negosiasi tingkat tinggi semua bikin orang harus jeli baca situasi. Untuk update berita seperti ini, tetap pantengin diskusiberita.com, biar gak ketinggalan informasi terbaru soal perkembangan perang dagang AS-China dan dampaknya ke pasar dunia.