5 Himbauan Kritis BMKG Hadapi Cuaca Ekstrem

5 Himbauan Kritis BMKG Hadapi Cuaca Ekstrem

Jakarta – Cuaca ekstrem terus melanda Indonesia, terutama di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung, Tangerang, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Pangkal Pinang, dan Palembang. Dalam beberapa hari terakhir, suhu udara di beberapa daerah mengalami peningkatan yang cukup signifikan, mencapai kisaran 34 hingga 37 derajat Celsius, yang menyebabkan terik panas yang menyengat, khususnya pada siang hari.

Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Surakarta tercatat sebagai salah satu kota dengan suhu tertinggi dalam beberapa hari terakhir. Masyarakat di kota-kota tersebut mengeluhkan cuaca yang terasa lebih panas dan gerah dibandingkan biasanya. Kondisi ini semakin diperburuk dengan langit yang relatif cerah dan sedikitnya tutupan awan yang bisa menghalangi radiasi matahari.

Mengapa Cuaca Ekstrem Ini Terjadi?

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, memberikan penjelasan terkait fenomena cuaca panas ekstrem yang sedang terjadi. Menurutnya, cuaca panas ini disebabkan oleh pergeseran semu matahari yang bergerak ke arah selatan Indonesia. Pergeseran tersebut mengakibatkan berkurangnya tutupan awan dan memaksimalkan radiasi matahari yang langsung mengenai permukaan bumi, tanpa adanya banyak hambatan.

“Panas yang terjadi saat ini merupakan dampak dari pergeseran semu matahari ke arah selatan Indonesia. Akibatnya, sinar matahari langsung mengenai permukaan bumi dan menyebabkan suhu menjadi sangat tinggi, khususnya di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,” ujar Dwikorita kepada detikNews.

Fenomena Pergeseran Semu Matahari

Fenomena pergeseran semu matahari ini terjadi ketika matahari bergerak dari posisi semula menuju belahan bumi bagian selatan, yang menyebabkan wilayah Indonesia mengalami penurunan tutupan awan. Dengan berkurangnya awan, sinar matahari yang langsung mengenai permukaan bumi tanpa ada penghalang meningkatkan suhu udara secara signifikan, terutama di siang hari. Kondisi ini terjadi saat memasuki peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

BMKG juga mengonfirmasi bahwa peralihan musim ini, yang dikenal dengan istilah masa pancaroba, turut berperan dalam peningkatan suhu yang cukup ekstrem. Pada periode pancaroba, cuaca di Indonesia menjadi sangat tidak menentu, dengan cuaca panas yang terik pada siang hari dan hujan lebat yang dapat turun di sore atau malam hari.

Masa Pancaroba: Peralihan Antara Musim Kemarau dan Musim Hujan

Masa pancaroba merupakan masa transisi antara musim kemarau yang panas dan musim hujan yang lebih sejuk. Pada periode ini, kondisi cuaca memang cenderung sangat fluktuatif. Di beberapa tempat, cuaca bisa sangat terik dan panas pada siang hari, namun mendung dan hujan lebat seringkali muncul pada sore atau malam hari.

BMKG memprediksi bahwa fenomena La Niña lemah yang diperkirakan akan terjadi mulai Oktober 2025 hingga Januari 2026 dapat memperburuk intensitas hujan di beberapa wilayah. La Niña, yang merupakan fenomena cuaca global yang berhubungan dengan penurunan suhu permukaan laut di kawasan Pasifik, dapat menyebabkan peningkatan curah hujan yang signifikan di berbagai daerah.

Potensi Hujan Lebat di Akhir Tahun

BMKG memprediksi bahwa fenomena La Niña lemah akan meningkatkan curah hujan secara bertahap di wilayah-wilayah tertentu, terutama yang terletak di kawasan dengan suhu permukaan laut yang lebih hangat. Curah hujan diperkirakan akan meningkat mulai November hingga Januari 2026, yang akan mempengaruhi sejumlah wilayah di Indonesia, seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Sumatra.

Dampak dari Cuaca Panas Ekstrem dan La Niña

Cuaca panas ekstrem yang terjadi pada masa peralihan ini bisa berisiko bagi kesehatan masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak dapat melindungi diri dengan baik dari sengatan matahari. Dalam beberapa kasus, paparan langsung terhadap suhu tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti heatstroke atau gangguan dehidrasi.

Di sisi lain, meskipun La Niña diharapkan membawa hujan yang lebih deras, fenomena ini juga dapat menimbulkan potensi bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem lainnya. Oleh karena itu, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan cuaca yang dapat datang secara tiba-tiba.

Imbauan BMKG untuk Masyarakat

Menyikapi cuaca panas yang ekstrem dan kemungkinan dampak dari fenomena La Niña, BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari risiko yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem ini. Berikut adalah beberapa tips yang diberikan BMKG:

1. Gunakan pelindung kulit dan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan, terutama pada siang hari, untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang berbahaya.

2. Hindari paparan langsung sinar matahari pada jam-jam puncak, yaitu antara pukul 11:00 hingga 15:00 WIB, ketika suhu udara biasanya berada pada titik tertinggi.

3. Jangan membakar sampah atau membuang puntung rokok sembarangan, karena suhu yang tinggi dapat memicu kebakaran.

4. Hemat penggunaan air bersih, serta manfaatkan musim kemarau untuk membersihkan saluran air dan memperbaiki infrastruktur yang terkait dengan pengairan.

5. Periksa informasi cuaca terbaru secara rutin melalui aplikasi Info BMKG atau situs web BMKG untuk mendapatkan update terkini mengenai kondisi cuaca di wilayah Anda.

BMKG juga mengingatkan masyarakat agar lebih siap dalam menghadapi cuaca ekstrem yang bisa terjadi kapan saja. Dengan memantau informasi cuaca yang akurat dan mengambil langkah pencegahan yang tepat, masyarakat dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.

Kesimpulan

Cuaca ekstrem yang tengah melanda Indonesia saat ini, dengan suhu panas yang sangat tinggi di berbagai kota besar, merupakan dampak dari pergeseran semu matahari yang mengurangi tutupan awan dan meningkatkan radiasi matahari yang langsung mengenai permukaan bumi. Selain itu, peralihan antara musim kemarau dan musim hujan (masa pancaroba) turut membuat cuaca semakin tidak menentu.

BMKG memperkirakan bahwa cuaca panas ekstrem ini akan mulai mereda pada akhir Oktober hingga awal November, berbarengan dengan datangnya musim hujan. Namun, fenomena La Niña yang lemah juga dapat menyebabkan peningkatan curah hujan yang dapat berdampak pada kondisi cuaca yang lebih ekstrem, seperti hujan lebat dan banjir.

Masyarakat diharapkan untuk selalu waspada terhadap perubahan cuaca yang cepat dan mengikuti imbauan dari BMKG untuk melindungi diri dari bahaya panas berlebih. Dengan informasi yang tepat dan langkah pencegahan yang efektif, kita bisa mengurangi potensi risiko yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem ini.